T-ara |
Para reporter menemukan bahwa masalah bullying ini sudah berakar sangat kuat dalam sebuah grup idola, khususnya dengan perkembangan K-Pop sekarang ini. Adanya hubungan antara level ‘star power’ dari seorang personil dan level ketidak senangan di dalam sebuah grup, juga dengan adanya perbedaan yang semakin besar antar pendapatan, semakin besar pula kemungkinan grup tersebut untuk melakukan bullying.
Sebuah grup yang disamarkan dengan nama ‘A’ telah bergelut dengan masalah bullying ini sejak debut mereka karena salah satu personil mereka, sebut saja ‘B’, yang dianggap sebagai wajah grup tersebut karena berbagai aktivitasnya dalam berbagai drama dan program televisi. Meskipun ia turut mendongkrak nama grup mereka, ia akhirnya menjadi target bullying disebabkan oleh perbedaan yang besar dalam pendapatan mereka.
Seorang mantan manajer dari grup tersebut menyatakan, “Grup idola sekarang ini terdiri dari anak-anak muda, jadi sangat mudah bagi mereka untuk terbawa emosi. Para personil itu tahu bahwa perusahaan membantu setidaknya salah satu personil untuk mencapai popularitas agar grup-nya bisa mengikuti, namun mereka masih mem-bully personil itu jika hal itu terjadi. Sekarang ini, perusahaan harus merotasi personil yang menjadi pusat dari grup tersebut sambil mengawasi setiap personil.”
Sistem pelatihan juga memainkan peranan dalam masalah ini karena seorang bintang dipilih sejak masih kecil dan dilatih setidaknya 5 sampai 6 tahun, sebelum akhirnya harus berjuang dalam kompetisi berat untuk terpilih sebagai personil berikutnya. Biasanya, personil baru tersebut yang bergabung di tengah sebuah grup menghadapi kritik dan kebencian karena dianggap ‘mendapat tumpangan dengan gratis’.
Girlband ‘C’ mewakili kasus ini, karena baru-baru ini mereka diketahui melakukan bullying terhadap personil baru mereka.
Seorang manajer lain dalam industri ini mengungkapkan, “Setiap kali saya melihat personil D dari girlband C ini, ia selalu berdiri sendirian di lorong diluar ruang tunggu pada sebuah program musik. Para personil lainnya sangat tidak dewasa dalam memperlakukannya, seperti memaksanya untuk memakai kostum yang sangat mereka benci atau memberikannya konsep rambut yang memalukan. Dalam kasus grup yang lebih dewasa, mereka akan berusaha memakai ‘kartu senior’ mereka untuk melatih personil baru tersebut untuk melakukan sesuatu seperti memaksa mereka untuk menggunakan salon yang berbeda dari mereka atau memaksa mereka untuk naik ke dalam van yang lebih kecil.
Satu-satunya solusi pada saat itu sepertinya adalah komunikasi yang baik antara para personil dan perusahaan. Kritikus musik pop Kang Tae Gyu berkomentar, “Masalah bullying dalam sebuah grup idola sangatlah memprihatinkan, juga merupakan masalah yang sensitif sehingga sulit bagi perusahaan tersebut untuk ikut campur. Para manajer biasanya akan tahu bahwa ada bullying yang terjadi namun mereka tidak tahu detailnya, dan tidak berusaha untuk menyelesaikan masalah itu karena itu bukanlah sesuatu yang bisa mereka tuduhkan.”
Kritikus membandingkan masalah ini dengan guru wali kelas yang tidak menyadari masalah bullying yang terjadi di dalam kelas. Tidak seperti anggota yang bersama-sama 24 jam setiap harinya, manajer hanya bersama mereka untuk waktu tertentu dalam sehari.
Solusi yang diberikannya adalah bahwa perusahaan perlu mengatur sebuah sistem yang memberikan para personil kesempatan untuk secara anonim mengirimkan masalah terjadi dalam kelompok, dan untuk membuka komunikasi secara umum. "Kurangnya komunikasi akhirnya dapat mengakibatkan konsekuensi yang lebih besar. Meski hanya gagasan belaka, bullying harus segera dilaporkan, dan para personil perlu yakin bahwa privasi mereka akan dilindungi. "
Solusi lainnya adalah perusahaan perlu membuat pelatihan mengenai karakter dan etika.
Rahasia Shinhwa untuk menjaga hubungan yang baik selama 14 tahun ini juga terletak pada keterampilan komunikasi mereka. Pimpinan grup Eric menyatakan, "Pada saat promosi, ada kalanya kami menjadi sensitif, yang kemudian meletus pertengkaran. Ada banyak contoh di mana kami bahkan secara fisik melawan satu sama lain. Ada masalah, tapi kami mengakhirinya di sana. Kami semua bekerja keras untuk mengatasinya melalui komunikasi. "
SISTAR mengatasi masalah yang sama, seperti yang sebelumnya diungkapkan oleh Dasom, "Dulu saya percaya bahwa saya bukan merupakan andalan untuk tim dan merasa iri kepada Hyorin dan Bora Unni. Aku ingin diakui dan menang atas kakak-kakak tersebut juga dan merasa marah ketika saya tidak bisa. Setiap kali saya merasa seperti itu, kakak-kakak tersebut menghibur saya, yang membantu banyak hal dalam membesarkan kepercayaan diri saya lagi."
No comments:
Post a Comment